Awatara atau Avatar dalam agama Hindu adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa maupun manifestasinya.

Tuhan Yang Maha Esa ataupun manifestasinya turun ke dunia, mengambil suatu bentuk dalam dunia material, guna menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kejahatan, menegakkan dharma dan menyelamatkan orang-orang yang melaksanakan Dharma/Kebenaran.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 23 Januari 2014

Taman Ujung Karangasem






Taman Sukasada sekarang lebih terkenal dengan nama Taman Ujung Karangasem terletak di Dusun Ujung, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Taman ini berjarak sekitar 5 km arah tenggara dari Kota Amlapura. Taman yang dibangun oleh Raja Karangasem: I Gusti Bagus Jelantik yang bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem dengan konsep sempurna ini merupakan kebanggaan warga Karangasem karena awalnya memiliki luas hampir 400 hektar, tetapi sekarang hanya sekitar 10 hektar karena tanah tersebut sebagian besar sudah dibagikan kepada masyarakat pada masa landreform. Kepemilikan Taman Ujung ini sekarang sudah diwariskan kepada ahli waris keluarga Puri Karangasem sehingga statusnya menjadi taman milik pribadi tetapi pengunjung umum diperkenankan mengunjungi taman yang tampak megah ini.

Taman Ujung yang merupakan salah satu masterpiece Bali dibangun pada tahun 1909 oleh prakarsa Raja Karangasem Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem dengan melibatkan arsitek Belanda yang bernama van Den Hentz dan seorang arsitektur Cina bernama Loto Ang. Pembangunan Taman Ujung juga banyak melibatkan arsitektur (undagi) tradisional serta mendapat petunjuk dari Mr. Wardodjojo seorang teknisi dari Dinas Pekerjaan Umum. Taman Ujung sebenarnya merupakan pengembangan Kolam Dirah yang telah dibangun lebih awal pada tahun 1901.

Pembangunan Taman Ujung selesai pada tahun 1921, namun pekerjaan pembangunan masih terus dilanjutkan. Tepatnya pada tahun 1937, Taman Sukasada (Taman Ujung) Karangasem diresmikan dengan sebuah ‘mahligya’ yang ditandai dengan sebuah prasasti batu marmer yang ditulis dengan huruf latin dan Bali dengan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Bali. Prasasti tersebut ditempelkan pada salah satu dinding di Bale Warak.

Marmer sebelah kiri yang bertulis huruf latin berjumlah 8 baris berbunyi:

    Peringatan
    Waktoe kerja
    Dewa jadnya
    Maligya
    Poeri Agung
    Kawan Karangasem
    Tanggal
    6 Agustus 1937

Sedangkan marmer sebelah kanan dengan aksara dan bahasa bali berbunyi

    Pekeling daweg rahina karyya dewwa yajna
    miwah malighya rin puri agung kawan karanase
    m, duk rahina, su, pa, wara prabakat, pan pin
    m, sasih, 2, usaka 1859 maka li
    nga rin malighya, padhandha ghde ktut karanase
    da hanake hangun ghde hanlurah ktut karangase
    m raja lombok, miwah hida hanake hagun
    ghde jlanthik, jumnen hagun ring karanasem.

Kedua prasasti tersebut menunjukkan bahwa pembangunan selesai pada tanggal 6 Agustus 1937. Hal yang menarik dari kompleks bangunan tersebut yaitu perpaduan tiga unsur budaya yaitu Bali, Belanda, dan Cina sehingga melahirkan kekhasan arsitekturnya. Arsitektur Bali terlihat jelas pada motif dekorasinya berupa cerita-cerita wayang serta motif patra lainnya, arsitektur Belanda terlihat pada bentuk bangunannya yang memiliki gaya indis, dan arsitektur Cina terlihat pada pembuatan gapura masuk, kolam segidelapan, dan Bale Bundar (gasebo).

Terdapat beberapa bangunan yang memiliki fungsi berbeda-beda, berturut-turut dari arah utara ke selatan sebagai berikut.

    a. Pura dan Kolam Manikan
    b. Bale Warak
    c. Bale Lunjuk
    d. Bale Kapal
    e. Bale Gili, 2 buah bangunan kanopi serta jembatan penghubung
    f. Bale Bundar
    g. Tempat tiang bendera kerajaan
    h. Kolam segidelapan dan air mancur
    i. Bale Kambang dan jembatan penghubung
    j. Tiga pintu masuk di sisi barat, selatan, dan timur.


Secara kosmologi, Taman Ujung Karangasem merupakan pertemuan antara gunung dan laut yang masing-masing terwakili oleh Gunung Lempuyangan di sebelah timurlaut, Gunung Agung di sebelah barat, dan laut atau Selat Lombok di sebelah Timurnya yang hanya berjarak beberapa puluh meter. Konsep gunung-laut sangat dihormati dan sering diterapkan pada masyarakat tradisional di Nusantara. Konsep ini dapat diartikan sebagai tempat memutaran mandalagiri dalam pencarian air kehidupan atau sebagai tempat pertemuan antara penguasa gunung dan penguasa lautan sehingga menghasilkan kemakmuran (kehidupan) pada bumi. Konsep tersebut secara simbolis dapat diwujudkan dalam 4 buah kolam di Taman Ujung Karangasem tersebut.

Keindahan Taman Ujung Karangasem sempat tidak terlihat ketika terjadi bencana alam antara lain: letusan dan genpa Gunung Agung pada tahun 1963, gempa Seririt pada tahun 1876, dan gempa bumi Culik pada tahun 1978. Hampir selama 25 tahun bangunan Taman Ujung Karangasem terbengkalai dan runtuh tanpa ada perbaikan dari Puri Karangasem ataupun Pemerintah. Baru pada tahun 1994, pemerintah melalui Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (sekarang Balai Pelestarian Peninggalan Puebakala) yang berkedudukan di Pejeng, Gianyar melakukan investigasi dengan cara mengidentifikasi dan merekam seluruh tingkat kerusakan bangunannya serta mencoba merekonstruksi di atas kertas. Pada tahun 2001 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) berhasil memugar kembali dua kanopi yang menghubungkan dengan Bale Gili serta membuat copy dari beberapa relief wayang yang menjadi reruntuhan termasuk juga membuat peta situasi dari taman tersebut.

Tahun 1999, Bank Dunia memberikan perhatian melalui Culture Heritage Conservation (di bawah naungan Dinas Kebudayaan Propinsi Bali) untuk melakukan studi konservasi. Akhirnya pada tahun 2002 Bank Dunia memberikan bantuan dana untuk pemugaran Taman Ujung yang dimanfaatkan untuk pembangunan pagar keliling, pintu gerbang serta perbaikan kolam. Pada tahun 2003 dengan bantuan yang sama melakukan perbaikan di Bale Warak, Bale Gili, Bale Kambang, Bale Lanjuk, Bale Kapal, dan lainnya. Pengerjaan konservasi dapat diselesaikan pada bulan Mei 2004 dengan menghabiskan keseluruhan dana bantuan sebesar 10 milyar rupiah.

Pada tanggal 7 Juli 2004 diresmikan kembali sebagai sarana pariwisata melalui acara melaspas (upacara peresmian secara adat dan agama Hindu) oleh beberapa tokoh puri dan masyarakat. Pembukaan secara resmi dilakukan oleh Gubernur Propinsi Bali. Kondisi Taman Ujung pada waktu sekarang sangat eksotik dan indah, sehingga menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk mengunjunginya. Keindahan Pantai Ujung juga menambah daya tarik tersendiri terutama keramahan masyarakat nelayannya dengan perahu cadik sebagai sarana mencari ikan. Walaupun kondisi pantai yang semakin terkikis oleh abrasi laut tidak akan mengurai keindahan Taman Ujung Karangasem. Demikian juga air dari Bale Warak yang sudah tidak mengalir akibat sumber mata air yang kering, juga tidak mengurangi keindahan bangunannya. Selamat berkunjung.

sumber ::  http://www.beritabali.com/index.php/page/berita/krg/detail/2011/07/12/Taman-Sukasadakoma-Suatu-Mahakarya-Raja-Karangasem/201107020026

Lingga Yoni di Taman Ujung Bali



KARANGASEM - Sebuah batu besar berbentuk seperti lingga atau lingam, muncul di pantai Ujung. Kemunculan batu besar itu, kata Ketua Badan Pengelola Taman Soekasada Oejoeng, Karangasem, I Nyoman Matal,  beberapa hari lalu di Ujung, setelah pantai itu tergerus abrasi sampai sekitar 100 meter ke darat. Matal mengatakan, pada sekitar tahun 1963 saat gunung Agung meletus, di pantai Ujung muncul tanah timbul. Karena itu pantai menjadi luas ke dalam. Bahkan, anak-anak muda di Ujung, Seraya  dan sekitarnya suka berkumpul di pantai berpasir luas itu untuk bermain, termasuk main sepak bola. Namun, puluhan tahun kemudian, abrasi menjadi kian ganas. Bahkan, kini abrasi sudah masuk ke daratan sampai sekitar 100 sampai 150 meter. Akibatnya, kondisi pantai saat ini diperkirakan sama, bibirnya denan sebelum gunung Agung meletus tahun 1963. ‘’Pura Dalem desa pakraman Ujung Mantri bahkan sudah dipindahkan jauh ke darat  di dekat pusat desa Ujung Mantri,’’ ujar Matal. Matal menduga, kemunculan kembali batu besar di pantai Ujung, setelah pantai tergerus abrasi yang hebat. Dulu diduga batu besar itu sempat terbenam. Matal mengatakan, dari informasi masyarakat di Ujung, batu besar itu diduga keramat. Saat beberapa bulan lalu pekerja proyek tengah mengerjakan proyek pengurukan pantai itu dengan batu-batu besar, batu itu hendak ditidurkan, dipakai menguruk atau menyender pantai itu bersamaan dengan penggunaan batu lainnya. Namun, alat berat kontraktor selalu gagal karena tak bisa merebahkan batu besar itu. Pada malam hari, begitu informasi dari pihak pekerja proyek itu, mereka diganggu dan diminta jangan menidurkan atau menggunakan batu besar berbentuk lingga itu untuk proyek. Akhirnya, batu berbentuk lingga itu kini tetap diberdirikan. Saat ini, batu berdiri itu malah digunakan nelayan Ujung untuk tempat mengikatkan atau menambatkan tali pengikat perahu nelayan. Batu besar itu jika dijaga dan dilestarikan, dari pantauan bakal menjadi ciri khas atau ladn mark pantai Ujung. Dari pengamatan, batu itu selain besar, juga tinggi. Tingginya sekitar dua meter berbentuk seperti lingga. Di bawahnya, lebih besar, seperti dibaut dasar atau dudukan, sehingga batu itu kuat dalam posisi berdiri. Batu itu mengkilaf, istilah lokalnya batu hidup, sehingga sangat berat dibandingkan dengan batu biasa, misalnya batu jenis andesit yang digunakan batu tabas. Dari pengamatan batu ini rupanya sempat lama terbenam di pantai, sehingga masih tampak banyak sisa bekas rumah keong pantai yang melekat di batu itu, seperti fosil-fosil keong atau kerang pantai. (budana)

sumber ::  http://portal.balipost.com/2014/01/19/batu-besar-berbentuk-lingga-muncul-di-pantai-ujung.html

Rabu, 15 Januari 2014

contoh puisi bali

I Bungan Jepun

pinake i bungan Jepun..
bungan ne kering me adep,,
punyan ne masih me adep,,
keto masih kyang tanah ne,,
tlahh me adep,,

keto masi gumi Bali ne,,
kedirgamayng,,
bungan jepun nike kesucian ne,,
punyan ne nike adat istiadat bali ne,,
keto masih tanah jepune,, nike pinake pertiwi gumi bali ne,,,
tlah sampun me adep,,

mangkin irage dadi manusa patut,,
ngelestaring Gumi Baline,,
mangde ne state ajeg lan shanti,,
sekadi i bungan jepun,,
ngansan ngewayahang,, ngansan nge miik kang..


create by Dedy Sagita Putra

Senin, 06 Januari 2014

Pura Batu MAs Kuning





Nusa Penida banyak menyimpan cerita keberadaan pura. Seperti cerita di balik Pura Batu Mas Kuning di Dusun Semaya, Desa Suana, Nusa Penida.  Awalnya tidak banyak yang tahu keberadaan pura ini. Namun, setelah keanehan ulam agung terdampar di Pura Dalem Ped, yang menghebohkan warga, Pura Batu Mas Kuning makin mengundang perhatian masyarakat sekitar. Apa yang terjadi?
Pura ini terletak sekitar 12 kilometer dari Pelabuhan Kapal Roro Kutampi, atau empat kilometer dari Pura Goa Giri Putri ke timur. Awalnya, keberadaannya sudah ada sejak dulu kala, tepatnya di Tanjung Semaya. Pemangku setempat, Mangku Wayan Katon, Sabtu (4/1) kemarin, mengatakan tahun 2000 pernah dilakukan melaspas dan ngenteg linggih. Pascakarya tersebut, warga Nusa Penida digegerkan dengan munculnya ulam agung berukuran sekitar panjang enam meter dan lebar empat meter, terdampar di Pura Dalem Ped.
Dalam kondisi mati, ikan besar itu makin menimbulkan bau busuk menyengat. Warga sekitar dikatakan berupaya menghayutkannya ke tengah laut. Bangkainya terseret arus ke arah timur dan menepi di sekitar Pura Batu Mas Kuning. Warga sekitar juga tak tahan dengan bau busuknya. Sehingga, juga berupaya menghayutkannya ke tengah laut. ”Terlebih pada saat itu masyarakat kami sedang melaksanakan upacara melasti,” kata Mangku Katon.
Bahkan, untuk menghayutkan bangkainya ke tengah laut, warga yang berani diberi hadiah berupa leluputan ngayah.
Upaya menyingkirkan bangkainya berhasil. Ikan itu kembali terbawa arus menuju ke arah timur sejauh satu kilometer, dan terdampar di Pura Dalem Banjar Semaya. Karena tidak mengganggu, bangkainya dibiarkan warga terdampar di pantai sampai beberapa bulan. Namun, bangkainya kembali terbawa arus menuju pantai dekat Pura Batu Mas Kuning.
Karena bau busuknya mulai berkurang, warga membiarkannya. Tetapi, tiba-tiba budi daya rumput laut setempat, yang menjadi mata pencaharian rumput laut mati total hampir setahun. Akibatnya, warga dibuat kelimpungan dan bertanya-tanya. Apakah ada hubungannya dengan bangkai tersebut?
Di tengah kebingungan itu, beberapa warga mengaku bermimpi hal yang sama. Seperti pengakuan warga I Made Luti dan beberapa perempuan lainnya, dalam mimpinya dikatakan ada orangtua berpakaian putih, mengaku sebagai Mangku Segara yang ingin diaben. Mimpi ini disampaikan ke masyarakat lain dan menyebar dari mulut ke mulut hingga dibahas dalam paruman di desa. ”Saat itu terjadi perdebatan bahwa ikan tidak layak diaben, sehingga saya diberikan mandat, menanyakannya kepada leluhur melalui proses tenung,” katanya.
Rupanya, terungkap, kalau ikan besar yang terdampar di Nusa Penida itu Ida Batara Sanghyang Baruna, Manunggal ring Sanghyang Tiga Sakti  Hasil tenung itu diperkuat dengan sejumlah warga banjar lain, yang sempat kerauhan. Sejak saat itu, warga berbondong-bondong ke tempat ulam agung itu. Warga juga akhirnya membuatkan palinggih darurat. Banyak orang kerauhan, banyak pula yang sakit jadi sembuh karena tirta dari palinggih di sana, sehingga makin banyak pamedek yang tangkil. Bahkan, sampai terkumpul sumbangan pamedek sebesar Rp 200 juta. Dana itu langsung digunakan untuk membangun pura.
Seiring dengan pembangunan pura, pamedek yang datang juga makin banyak untuk berobat, sembahyang, hingga mengharapkan anugrah berupa paica batu keris dan benda gaib lainnya.
Tahun 2002, diadakan karya agung di tengah laut dengan tari Rejang di tengah laut, tari Jangkang dan pakelem agung serta upacara lainnya dengan menggunakan kapal tanker Gubernur Bali saat itu, Dewa Beratha. Dewa Beratha juga hadir saat karya agung tersebut. Sekarang, Pura Batu Mas Kuning juga disebut Pura Payogan Batara Baruna Manunggal ring Sanghyang Tiga Sakti dengan empat kompleks pura.
Awalnya berupa Pura Puseh dan Segara, bertambah dengan Pura Payogan Batara Sanghyang Tiga Sakti serta Pura Taman. 



Sabtu, 04 Januari 2014

Surat Yang Menceitakan Bumi Masa Depan


Sebuah Surat Dari Masa Depan
Kepada Yth
Manusia
Di
Tahun 2009
Aku hidup di tahun 2050. Aku berumur 50 tahun, tetapi kelihatan seperti sudah 85 tahun. Aku mengalami banyak masalah kesehatan, terutama masalah ginjal karena aku minum sangat sedikit air putih. Aku fikir aku tidak akan hidup lama lagi. Sekarang, aku adalah orang yang paling tua di lingkunganku, Aku teringat disaat aku berumur 5 tahun semua sangat berbeda, masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar, setiap rumah punya halaman dan taman yang indah, dan aku sangat suka bermain air dan mandi sepuasnya. Sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai yang di basahi dengan minyak mineral. Sebelumnya, rambut yang indah adalah kebanggaan semua perempuan. Sekarang, kami harus mencukur habis rambut untuk membersihkan kepala tanpa menggunakan air. Sebelumnya, ayahku mencuci mobilnya dengan menyemprotkan air langsung dari keran ledeng. Sekarang, anak-anak tidak percaya bahwa dulunya air bisa digunakan untuk apa saja. Aku masih ingat seringkali ada pesan yang mengatakan: “JANGAN MEMBUANG BUANG AIR” Tapi tak seorangpun memperhatikan pesan tersebut. Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis karena persediaannya yang tidak terbatas. Sekarang, sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah semuanya telah tercemar atau sama sekali kering. Pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus. Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit saluran kencing sekarang menjadi penyebab kematian nomor satu. Industri mengalami kelumpuhan, tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat dramatik. Pekerja hanya dibayar dengan segelas air minum per harinya. Banyak orang menjarah air di tempat-tempat yang sepi. 80% makanan adalah makanan sintetis. Sebelumnya, rekomendasi umum untuk menjaga kesehatan adalah minum sedikitnya 8 gelas air putih setiap hari. Sekarang, aku hanya bisa minum setengah gelas air setiap hari. Sejak air menjadi barang langka, kami tidak mencuci baju, pakaian bekas pakai langsung dibuang, yang kemudian menambah banyaknya jumlah sampah. Kami menggunakan septic tank untuk buang air, seperti pada masa lampau, karena tidak ada air. Manusia di jaman kami kelihatan menyedihkan: tubuh sangat lemah; kulit pecah-pecah akibat dehidrasi; ada banyak koreng dan luka akibat banyak terpapar sinar matahari karena lapisan ozon dan atmosfir bumi semakin habis. Karena keringnya kulit, perempuan berusia 20 tahun kelihatan seperti telah berumur 40 tahun. Para ilmuwan telah melakukan berbagai investigasi dan penelitian, tetapi tidak menemukan jalan keluar. Manusia tidak bisa membuat air. Sedikitnya jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat berkurang, yang membuat turunnya kemampuan intelegensi generasi mendatang. Morphology manusia mengalami perubahan… yang menghasilkan/melahirkan anak-anak dengan berbagai masalah defisiensi, mutasi, dan malformasi.
Pemerintah bahkan membuat pajak atas udara yang kami hirup: 137 m3 per orang per hari. [31.102 galon] Bagi siapa yang tidak bisa membayar pajak ini akan dikeluarkan dari “kawasan ventilasi” yang dilengkapi dengan peralatan paru-paru mekanik raksasa bertenaga surya yang menyuplai oksigen. Udara yang tersedia di dalam “kawasan ventilasi” tidak berkulitas baik, tetapi setidaknya menyediakan oksigen untuk bernafas.Umur hidup manusia rata-rata adalah 35 tahun. Beberapa negara yang masih memiliki pulau bervegetasi mempunyai sumber air sendiri. Kawasan ini dijaga dengan ketat oleh pasukan bersenjata. Air menjadi barang yang sangat langka dan berharga, melebihi emas atau permata. Disini ditempatku tidak ada lagi pohon karena sangat jarang turun hujan. Kalaupun hujan, itu adalah hujan asam.Tidak dikenal lagi adanya musim. Perubahan iklim secara global terjadi di abad 20 akibat efek rumah kaca dan polusi. Kami sebelumnya telah diperingatkan bahwa sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, tetapi tidak ada yang peduli. Pada saat anak perempuanku bertanya bagaimana keadaannya ketika aku masih muda dulu, aku menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau. Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan, bunga, asyiknya bermain air, memancing di sungai, dan bisa minum air sebanyak yang kita mau. Aku menceritakan bagaimana sehatnya manusia pada masa itu. Dia bertanya: – Ayah ! Mengapa tidak ada air lagi sekarang ? Aku merasa seperti ada yang menyumbat tenggorokanku. .. Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah, karena aku berasal dari generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan dengan tidak mengindahkan secara serius pesan-pesan pelestarian… dan banyak orang lain juga !. Aku berasal dari generasi yang sebenarnya bisa merubah keadaan, tetapi tidak ada seorangpun yang melakukan. Sekarang, anak dan keturunanku yang harus menerima akibatnya, Sejujurnya, dengan situasi ini kehidupan di planet bumi tidak akan lama lagi punah, karena kehancuran alam akibat ulah manusia sudah mencapai titik akhir. Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi… Pada saat itu masih ada kemungkinan dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini ! Tolong Kirim surat ini ke semua teman dan kenalan anda, walaupun hanya berupa pesan, kesadaran global dan aksi nyata akan pentingnya melestarikan air dan lingkungan harus dimulai dari setiap orang. Persoalan ini adalah serius dan sebagian sudah menjadi hal yang nyata dan terjadi di sekitar kita. Lakukan untuk anak dan keturunan mu kelak”

Jumat, 03 Januari 2014

Gunung Agung - in BALI




Gunung Agung adalah gunung tertinggi di pulau Bali dengan ketinggian 3.142 mdpl. Gunung ini terletak di kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem - Bali. Pada tanggal 16 Maret 1963 Gunung Agung mengalami erupsi di Bali, menelan korban 11.000 jiwa. Letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di Indonesia.

Gunung Agung merupakan sebuah gunung vulkanik tipe monoconic strato yang tingginya mencapai sekitar 3.142 meter di atas permukaan laut. Gunung tertinggi di Bali ini termasuk muda dan terakhir meletus pada tahun 1963 setelah mengalami tidur panjang selama 120 tahun. Gunung ini memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan uap air. Dari Pura Besakih gunung ini nampak dengan kerucut runcing sempurna, tetapi sebenarnya puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar.

Sejarah aktivitas Gunung berapi Agung memang tidak terlalu banyak diketahui. Catatan sejarah mengenai letusan gunung ini mulai muncul pada tahun 1808. Ketika itu letusan disertai dengan uap dan abu vulkanik terjadi. Aktivitas gunung ini berlanjut pada tahun 1821, namun tidak ada catatan mengenai hal tersebut. Pada tahun 1843, Gunung Agung meletus kembali yang didahului dengan sejumlah gempa bumi. Letusan ini juga menghasilkan abu vulkanik, pasir, dan batu apung.

Sejak 120 tahun tersebut, baru pada tahun 1963 Gunung Agung meletus kembali dan menghasilkan akibat yang sangat merusak. Berdasarkan buku yang dikarang Kusumadinata pada tahun 1979 gempa bumi sebelum letusan gunung berapi yang saat ini masih aktif tersebut terjadi pada 16-18 Februari 1963. Gempa tersebut dirasakan dan didengar oleh masyarakat yang hidup di sekitar Gunung Agung.

Letusan Gunung Agung yang diketahui sebanyak 4 kali sejak tahun 1800, diantaranya : Di tahun 1808 ; Dalam tahun ini dilontarkan abu dan batu apung dengan jumlah luar biasa. 1821 Terjadi letusan normal, selanjutnya tidak ada keterangan. Tahun 1843 Letusan didahului oleh gempa bumi. Material yang dimuntahkan yaitu abu, pasir, dan batu apung.

Selanjutnya dalam tahun 1908, 1915, dan 1917 di berbagai tempat di dasar kawah dan pematangnya tampak tembusan fumarola. 1963 Letusan dimulai tanggal 18 Pebruari 1963 dan berakhir pada tanggal 27 Januari 1964. Letusan bersifat magnatis. Korban tercatat 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka.

Dari puncak gunung Agung kita dapat melihat puncak Gunung Rinjani yang berada di pulau Lombok di sebelah timur, meskipun kedua gunung tertutup awan karena kedua puncak gunung tersebut berada di atas awan, kepulauan Nusa Penida di sebelah selatan beserta pantai-pantainya, termasuk pantai Sanur serta gunung dan danau Batur di sebelah barat laut

Kepercayaan Masyarakat - Masyarakat Hindu Bali percaya bahwa Gunung Agung adalah tempat bersemayamnya dewa-dewa, dan juga masyarakat mempercayai bahwa digunung ini terdapat istana dewata. Oleh karena itu, masyarakat bali menjadikan tempat ini sebagai tempat kramat yang disucikan.

Pendakian menuju puncak gunung ini dapat dimulai dari tiga jalur pendakian yaitu :

- Dari tenggara ialah dari Budakeling lewat nangka
- Dari selatan adalah dari kecamatan Selat kabupaten Karangasem dengan basecamp di Pura Pasar Agung lewat pasar Selat.
- Dari barat daya yang merupakan jalur pendakian yang umum digunakan oleh para pendaki yaitu dari Pura Besakih kecamatan Rendang, kabupaten Karangasem. Karena banyak peristiwa kecelakaan dan hilangnya beberapa pendaki, maka sejak Mei 2009 setiap pendakian gunung Agung lewat Sebudi maupun besakih, karangasem harus memakai jasa pemandu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecelakaan dengan tarif yang telah ditentukan.

* Dari Pura Pasar Agung,Selat: perjalanan kurang lebih 4 jam untuk sampai ke puncak. ( 2.850 m )
* Dari Pura Besakih, Rendang : perjalanan kurang lebih 6 jam untuk sampai ke puncak. ( ketinggian maks.3.142 m)

Bagi Setiap Pendaki Disarankan memesan jasa guide sebelum melakukan pendakian. Disarankan bagi para pendaki untuk tidak membawa makanan berbahan sapi, karena area gunung ini sangat disucikan.

Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya.

Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Pura Besakih masuk dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995.

Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat pemujaan terhadap Tuhan YME, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis.

Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.

Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai.


Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan atau Bedugul, Buyan, Tamblingan, dan Batur. Alam Bali yang indah menjadikan pulau Bali terkenal sebagai daerah wisata.